Sugeng Rawuh di Dunia Kecil-ku

Matur suwun telah berkenan berkunjung ke dunia kecilku...dunia ilusiku yang palsu dan bisu...

GAMBAR ILUSI-KU

GAMBAR ILUSI-KU
Hanya sebuah gambar yang palsu dan bisu

Kamis, 08 April 2010

Refleksi Hadis Qudsi Bagikan

Sejenak, refleksikanlah sebuah hadis qudsi yang sangat penting sekali untuk kita ingat selalu, kita renungkan ulang isi dari kandungan hadis dibawah ini. Suatu ketika datanglah malaikat Jibril kepada Kanjeng Nabi Muhammad yang berisi;

جاء جبريل عليه السلام إلى النبي صلى الله عليه وسلم ، فقال : « يا محمد ، عش ما شئت فإنك ميت ، وأحبب من أحببت فإنك مفارقه ، واعمل ما شئت فإنك مجزي به »

Kurang lebih artinya; wahai Muhammad, lakukanlah semaumu...namun ingatlah bahwa engkau pasti mati. Cintailah siapa yang engkau pilih untuk kau cintai, sesungguhnya engkau pasti akan berpisah dengannya. Dan lakukanlah semua yang kau inginkan, namun ingatlah bahwa nanti kau sendirilah yang mempertanggung jawabkannya.

Dari hadis tersebut, setidaknya ada tiga pelajaran yang bisa kita ambil hikmah dalam menjalani kehidupan singkat ini. Pertama; telah memberikan kepada kita sebuah pelajaran yang menghantarkan bahwa ”sebuah kebebasan pasti menyimpan sebuah konsekuensi”. Dalam hadis tersebut telah mengajak kita untuk berkreasi sekaligus menanggung sebuah konsekuensi yang perlu kita pertanggung jawabkan. Kita dipersilahkan sebebas-bebasnya untuk berekspresi, entah pengen jadi kiai, pengen jadi intelektual, pengen jadi petani, pengen jadi guru, pengen jadi pengusaha, pengen jadi orang biasa...semuanya terserah...!!! ekspresikanlah semua yang kita inginkan. Tapi perlu kita ingat bahwa kita pasti mati. Nah, yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana supaya kita ini tidak mati? Bagaimana agar kita bisa mencapai derajat tersebut? Sebagaimana derajatnya Mbah Mutamakkin, Mbah Dullah, Mbah Mahfudh, wali songo dll (rodiyallahu ’anhum). Sebuah derajat yang sangat tinggi di sisi-Nya sehingga sebagaimana yang telah di firmankan oleh Allah dalam dustur kita sebagai muslim;

وَلا تَقُولُوا لِمَنْ يُقْتَلُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتٌ بَلْ أَحْيَاءٌ وَلَكِنْ لا تَشْعُرُونَ

Dan janganlah kamu mengatakan (memiliki sebuah perkiraan) terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu) mati; bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya.
Hem....semoga... meski suatu sa’at kita meninggal, namun kita tetep bisa memberikan manfa’at kepada orang lain dengan kontribusi pemikiran, amal, laku hidup kita. Sehingga meski kita telah tiada, namun kita tetap dikenang oleh orang yang masih hidup. Amien.

Kedua, kita diberikan kebebasan untuk mencintai semua yang ada; mencintai bapak
ibu’, mencintai keluarga, mencintai istri, mencintai suami, mencintai anak, mencintai lingkungan, mencintai harta, mencintai baik yang berupa materi atau spirit. Namun perlu kita ingat bahwa apa yang telah kita cintai dengan sekuat itu suatu saat pasti akanlah pisah. Maka yang menjadi permasalahan penting adalah bagaimana agar kita dalam mencintai itu tidak bisa berpisah? Hem...kalau posisi kita ini adalah seorang anak, maka arahkanlah orang tua kita agar bisa mencintai sebuah cinta yang tak pisah, yakni; mencintai Gusti, mencintai kanjeng Nabi beserta keluarganya, mencintai shohabat dan ulama’-ulama’. Cinta kepada semua yang telah saya sebutkan tadi adalah cinta yang takkan pernah terputus... karena ketika kita mencintai Allah, mencintai Nabi dan seterusnya tadi itu, maka keterikatan cinta kita akan berkesinambungan sampai alam akhirat nanti.

Ketiga; kita juga diberik kebebasan yang sangat bebasnya, diperkenankan melakukan apapun sesuai yang kita kehendaki dan kita inginkan. Pengen mengisi hari-hari kita dengan belajar njeh monggo, pengen njagong nggeh monggo, pengen kluyuran njeh monggo....Namun perlu kita ingat bahwa apa yang kita lakukan itu manfa’at atau tidak, kelak pasti akan dimintai pertanggungjawaban ni’mat yang telah diberikan-Nya pada kita itu. Dalam firman-Nya Allah mengingatkan pada kita;

ثُمَّ لَتُسْأَلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنِ النَّعِيمِ

Nah...yang patut kita perhatikan adalah, bagaimana agar amalan yang kita kerjakan itu bisa bernilai ibadah...? bagaimana agar setiap bergerak itu memiliki muatan ibadah....? nah itu semua kembali pada tatanan niatan kita, sebagaimana hadis ”innamal a’malu binniyat” itu. Dan ketika melakukan niat, berarti harus dibarengi dengan bacaan basmalah dan alhamdulillah. Sebab kanjeng Nabi senantiasa mencotohkan demikian dan bersabda;

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : كل أمر ذى بال لا يبدأ فيه ببسم الله الرحمن الرحيم أقطع
« كل أمر ذي بال لا يبدأ فيه بالحمد لله أقطع »

Hem….sebuah amalan..apapun itu, kalau tidak dimulai dengan bismillah atau hamdalah, maka amalan itu akan terputus.

Para ahli ilmu sering menjelaskan bahwa yang dimaksud keputus disini adalah terputus berkahnya….dalam arti sebuah amalan tidak memiliki keberkahan jika tidak dimulai dengan bacaan basmalah atau hamdalah. Untuk itulah sebuah siasat sangat diperlukan untuk memasukkan ibadah kedalam amalan kita. Sehingga setiap gerakan kita memiliki muatan ibadah…dan antara urusan duniawi dan ukhrowi memiliki sinergi…dan pada nantinya menghantarkan pada fid dunya hasanah wa fil akhiroti hasanah…sa’adatuddarain…wallahu a’lam bissowab…

khartoum, 9 April 2010

taufiq zubaidi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar